Berita Economy & Industry

UMKM Industri Otomotif Terhambat Mahalnya Produksi Komponen EV dan Infrastruktur

BISNIS— Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak di industri otomotif dinilai telah siap untuk memproduksi komponen kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Namun, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan. Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI) I Made Dana Tangkas mengatakan tantangan terbesar UMKM saat ini di antaranya tingginya harga kendaraan listrik roda dua dan roda tiga, teknologi yang masih bergantung pada impor, dan infrastruktur yang belum memadai.  

“Tantangan ke depan itu bahwa harga produk kendaraan listrik roda dua dan roda tiga ini masih mahal, karena baterai dan teknologi utama ini masih 40 persen sampai 50 persen harganya dari harga jual,” kata Made awal Maret 2024.

Tidak hanya itu, tiga teknologi utama kendaraan listrik seperti baterai, motor traksi atau dinamo, dan inverter masih bergantung pada impor, sebagian besarnya dari China.  Terlebih, jumlah infrastruktur pendukung kendaraan listrik, khususnya stasiun pengisian daya yang masih minim  “Belum semua mempunyai infrastruktur yang merata, jadi perlu dikembangkan terutama pengisan ulang baterai, Charging-nya harus siap 3.000—5.000 watt,” katanya.  

Namun demikian, Made optimistis kemampuan teknologi pemasok untuk membuat komponen luar kendaraan listrik telah mumpuni.  Di sisi lain, dia menyambut rencana Kementerian Koperasi dan UKM untuk menggulirkan dana Rp 2 triliun dari Lembaga Pengelola Biaya Bergulir (LPDB) kepada UMKM industri otomorif memproduksi EV.  

“Itu besar sekali. Kalau hanya untuk skala produksi katakan bisa 10.000—20.000 unit nggak usah sampai Rp 2 triliun, cukup Rp 100 miliar aja. kalau hanya sepeda motor,” katanya.

 Menteri Koperasi UKM Teten Masduki mengatakan dana tersebut akan dialokasikan melalui Koperasi Multi Pihak akan menggabungkan UMKM pembuat komponen otomotif dengan para investor. Adapun teknis pengguliran dana LPDB untuk produksi EV akan kembali dikoordinasikan. 

“Kalau koperasi kita kembangkan jadi Koperasi Multi Pihak, nanti kami juga ada dana bergulir Rp 2 triliun setahun kalau kita mau exercise untuk memproduksi mobil listrik,” kata Teten. (*)