Berita Economy & Industry

Tahun 2020: Wabah, Resesi Ekonomi, dan Turunnya Penjualan Mobil 48 Persen

JAKARTA— resesi ekonomi menghantam Indonesia pada 2020 sebagai dampak dari merosotnya perekonomian selama wabah merebak. Ekonomi pun anjlok, membuat penjualan mobil terseok-seok. Daya beli masyarakat terjun bebas karena pandemi COVID-19. Pabrik otomotif sempat tutup sementara begitu juga dengan pameran mobil yang bahkan batal karena pembatasan sosial untuk menghindari penularan wabah. Alhasil, penjualan mobil sepanjang tahun 2020 pun turun.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil secara wholesales(distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang 2020 hanya 532.027 unit. Padahal, tahun 2019 penjualan mobil 1.030.126 unit. Ktia itu rata-rata per bulan pabrikan otomotif yang terdaftar dalam anggota Gaikindo bisa menjual 80 ribu sampai 90 ribu unit.

Namun situasi 2020 sangat berbeda. Membandingkan dengan data 2019, penjualan mobil pada 2020 turun 48,35 persen. Penjualan mobil di Indonesia pada 2020 mulai anjlok drastis pada April 2020. Saat itu, industri otomotif hanya mampu mengirim 7.868 unit mobil baru, padahal sebelumnya mampu menjual 80-90 ribu unit per bulan.

Angka penjualan terendah terjadi pada Mei 2020 dengan penjualan hanya 3.551 unit. Selepas itu, penjualan mobil terus bangkit. Desember 2020 menjadi puncak penjualan mobil selama pandemi dengan angka sebanyak 57.129 unit dan menutup tahun 2020 dengan total penjualan sebanyak 532.027 unit.

GAIKINDO pada awal pandemi merevisi target penjualan mobil turun 40 persen dari 1,1 juta unit menjadi 600 ribu unit. Jelang akhir tahun, GAIKINDO lagi-lagi terpaksa merevisi target penjualan mobil hanya 525 ribu. Kini, target tersebut terealisasi di angka 532.027 unit. Adapun penjualan mobil pada 2020 didominasi oleh kendaraan penumpang sebanyak 388.886 unit atau 73,1 persen. Sisanya sebesar 26,9 persen atau 143.141 unit mobil jenis niaga (komersial).

Prospek di Tahun 2021

Analis melihat prospek sektor otomotif pada tahun ini akan lebih baik ketimbang pencapaian tahun 2020. “Prospek tahun ini boleh kita katakan 60 persen positif untuk industri otomotif untuk mengalami kebangkitan. Selain memang vaksin yang sudah diberikan kemarin, tentu harapannya adalah bahwa pemulihan perekonomian dapat segera terjadi,” kata Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Ahad 17 Januari 2021.

Meski demikian,  peningkatan jumlah kasus wabah bisa menjadi sentimen negatif untuk sektor ini. “Namun masalahnya adalah, tatkala vaksin mulai diberikan, justru wabah meningka. Oleh sebab itu implikasi efek positif vaksinasi menjadi berkurang,” kata Nico.

Menurut Nico, secepatnya distribusi dan vaksinasi diberikan, secepat itu pula pemulihan industri ini akan mulai terjadi. Tapi hal yang diperhatikan adalah rasa aman lebih dulu bahwa vaksinasi memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mulai beraktivitas sehingga adanya peningkatan konsumsi yang akan mendorong kenaikan daya beli. Membaik atau memburuknya kinerja dari emiten otomotif semua kembali lagi terkait dengan proses pemberian vaksin dan pengendalian wabah. Faktor kunci yang kedua adalah, strategi dan marketing akan menjadi poin penting guna mendorong masyarakat mulai membeli mobil.

Pemberian diskon dan hadiah biasanya dapat mendorong peningkatan penjualan mobil. “Dan kunci yang terakhir adalah sejauh mana emiten mampu melakukan diversifikasi bisnis dengan menyesuaikan situasi dan kondisi yang terjadi sehingga dapat menopang laporan keuangan emiten,” kata Nico.

Sejauh ini, dia menilai saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masih menjadi pilihan utama dari sektor otomotif. Nico menilai saham AUTO terbilang menarik seiring dengan strategi yang dilakukan. AUTO tengah mengembangkan alat-alat kesehatan dengan memberikan beberapa inovasi dan improvisasi terkait dengan penanganan covid-19. “Kita ambil contoh seperti grin smile, face shield, grin adore, dan berbagai macam produk lainnya. Tentu ini menjadi sebuah kesempatan baik bahwa AUTO memulai proses tersebut lebih awal dan dukungan dari Holding tentu akan menjadi sebuah pemanis,” kata Nico.

Secara prospek, ia menambahkan kedua emiten ini akan menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang. Nico merekomendasikan pelaku pasar untuk bisa beli saham AUTO dan ASII. (detik, Kontan, Tribun