Berita Economy & Industry

Oktober 2019 Vietnam Naikkan Tarif untuk Mengerem Impor Otomotif

JAKARTA— Pemerintah Vietnam berencana menerapkan special consumption tax (STC) pada Oktober 2019. Langkah ini untuk mendorong konsumsi produk otomotif rakitan lokal. Aturan itu membuat produk otomotif dari luar yang masuk ke Vietnam bakal lebih mahal dibandingkan dengan rakitan lokal mereka.

Duta Besar Indonesia Untuk Vietnam Ibnu Hadi mengatakan, Vietnam pernah menerapkan kebijakan proteksi Decree No 116/2017/ND-CP (Decree on Requirements for Manufacturing, Assembly and Import Of Motor Vehicles and Trade in Motor Vehicle Warranty and Maintenance Services) pada 2018.

Aturan itu intinya mengatur sejumlah persyaratan untuk kelaikan kendaraan termasuk emisi dan keselamatan. Kehadiran aturan itu membuat semua ekspor kendaraan dari berbagai negara ke Vietnam sempat terhenti.

“Kemudian bersama Kemendag dan Kemenhub, kami dekati dan mengikuti maunya mereka dan kemudian mulai lagi masuk sejak pada Agustus 2018,” katanya pada awal Agustus 2019 seperti dikutip Bisnis.

Ibnu menjelaskan, Vietnam kemungkinan menciptakan lagi hambatan karena pada semester pertama 2019 kendaraan impor ke Vietnam naik tinggi akibat menguatnya permintaan domestik. Di sisi lain, kendaraan rakitan lokal mengalami tekanan, sehingga pemerintah Vietnam diprediksi akan melakukan sejumlah kebijakan untuk industri domestik.

Dia menjelaskan, kebijakan yang kemungkinan akan diterapkan ialah pajak konsumsi khusus (special consumption tax, SCT) untuk mobil yang didatangkan dari luar negeri. Pelaku otomotif nasional, jelasnya, harus mulai memikirkan cara untuk menyiasati kehadiran aturan tersebut.

“Bisa saja [ada hambatan lagi], 1 Oktober ini mereka mau keluarkan penurunan consumer special tax, pajak dikenakan kepada mobil produksi dalam negeri Vietnam, karena impor mobil enam bulan ini naik pesat,” katanya.

Sektor otomotif dan komponen menjadi salah satu produk andalan ekspor Indonesia ke Vietnam. Nilai ekspor otomotif dan komponen ditargetkan menyentuh 1 miliar dlar Amerika Serikat (AS) pada akhir 2019 ini. Duta Besar Ibnu Hadi mengatakan, total nilai perdagangan antara kedua negara sebanyak 4,26 miliar dolar AS pada semester pertama 2019. Indonesia masih mengalami surplus sebesar 1,04 miliar dolar AS terhadap Vietnam.

“Produk andalan ekspor Indonesia ke Vietnam adalah batu bara dan otomotif. Total ekspor Indonesia ke Vietnam pada semester pertama 2019 naik 27,37 persen di mana otomotif mencatatkan kenaikan tertinggi,” katanya.

Ibnu menjelaskan, kedua kepala negara telah menyepakati nilai perdagangan Indonesia-Vietnam sebesar 10 miliar dolar AS pada 2020. Dengan kinerja perdangangan semester pertama 2019 senilai 4,26 miliar dolar AS, KBRI optimistis nilai perdangangan kedua negara menyentuh angka 9,5 miliar dolar AS pada akhir 2019 ini.

“Target 10 miliar dolar AS di depan mata, target yang dicanangkan kedua kepala negara 10 miliar dolar AS pada 2020. Perkembangan Vietnam sangat pesat dan kita di posisi yang menguntungkan,” katanya.

Ibnu menuturkan, nilai ekspor otomotif dan turunannya ke Vietnam sejumlah 400 juta dolar AS karena meningkatnya permintaan lantaran pertumbuhan ekonomi Vietnam yang tinggi. Dia optimistis ekspor otomotif Indonesia bisa menyentuh angka 1 miliar dolar AS pada akhir tahun ini.

Pada saat ini di Vietnam muncul banyak orang kaya baru sehingga menciptakan permintaan termasuk ke sektor otomotif. KBRI Hanoi, terus berupaya untuk meningkatkan ekspor ke Vietnam. (*)