Berita Economy & Industry

China-Iran Kembangkan Industri Mobil Listrik

CNN— Tumbuhnya industri otomotif di Iran tak luput dari peranan negara-negara maju dalam membantu memproduksi mobil. Di antaranya dukungan negeri Tirai Bambu, China.

Wakil Menteri Perindustrian, Pertambangan dan Perdagangan untuk Urusan Transportasi Iran mengatakan enam produsen mobil Iran Manouchehr Manteqi akan memproduksi mobil listrik dengan China, seperti tertuang dalam kerangka Rencana Kemitraan Strategis 25 Tahun.

Manteqi mengatakan enam perusahaan manufaktur mobil Iran termasuk dua produsen mobil terbesar di negara itu, SAIPA Automotive Group dan Iran Khodro Industrial Group (IKCO) telah menandatangani kontrak dengan perusahaan-perusahaan China untuk produksi bersama kendaraan listrik. “China saat ini dianggap sebagai negara terdepan dalam bidang produksi kendaraan listrik di dunia,” katanya dikutip dari Eurasia Review.

Ia menyebut berbagai negara juga tertarik untuk bekerja sama dengan China untuk elektrifikasi mobil, termasuk Iran. Hubungan China dan Iran telah terjalin sejak lama 25 tahun silam. Kedekatan kedua negara karena Iran pernah berperan sebagai jalur penghubung perdagangan yang terkenal dengan sebutan ‘jalur sutra’.

Kementerian Perindustrian Iran telah menyusun program komprehensif untuk daya saing industri mobil listrik. Alasannya, penggunaan mobil listrik menjadi salah satu strategi jitu untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan memperbaiki polusi udara. Manteqi juga menyatakan stasiun pengisian daya akan didirikan di wilayah dalam dan antar kota, melalui kerja sama dengan pemerintah kota dan produsen mobil listrik.

Iran,lewat perusahaan otomotif dalam negeri IKCO memperkenalkan mobil listrik pertamanya Tara EV pada Maret 2023. Mobil itu dikembangkan oleh divisi Jetco IKCO, dilengkapi baterai berkapasitas 45 kWh, mampu menempuh jarak 300 km dengan isi daya penuh.

Menteri Perindustrian Iran Abbas Ali-Abadi mengumumkan rencana untuk memproduksi tiga model kendaraan listrik lokal pada paruh pertama tahun Iran mendatang. Pemerintah berencana mengerahkan 100 ribu unit taksi listrik di kota-kota utama tahun ini, sebagai salah satu upaya mengobati polusi udara kronis di sejumlah wilayah Iran.

Iran memperkecil impor mobil listrik

Kendati terbuka dengan teknologi mobil listrik, negara yang dahulu bernama Persia itu ogah membuka keran besar-besar untuk impor mobil listrik ke negaranya. Sejak 2017, Iran memberlakukan larangan impor mobil, dengan alasan pentingnya melestarikan cadangan devisa. Larangan tersebut diduga sebagai langkah untuk mengurangi pengeluaran kendaraan impor dan menjaga simpanan mata uang negara.

Dalam dua tahun terakhir, misalnya, tidak ada satu pun kendaraan listrik (EV) yang diimpor ke Iran. Sejak 2021, hanya 15 ribu mobil rendah emisi yang diimpor. Bahkan jauh panggang dari api jika dilihat dari janji pemerintah Iran yang menargetkan 300 ribu unit mobil rendah emisi per tahun.

Tak hanya berlaku pada mobil listrik. Kendaraan baru model hibrida yang hemat bahan bakar juga belum diimpor ke negara dengan total populasi 88,55 juta penduduk itu. Saat ini, ada sekitar 16 juta mobil di Iran, yang sebagian besar diproduksi di dalam negeri dengan konsumsi 110 juta liter bensin per hari. Akibatnya, Iran saat ini menghadapi defisit bensin dan polusi udara yang parah.

Sebagian besar polusi udara di negara ini disebabkan oleh mobil yang diproduksi di dalam negeri, yang mengonsumsi bahan bakar jauh lebih tinggi, yakni 16 liter per 100 kilometer, hampir dua kali lipat dibandingkan standar global. Di sisi lain, kurang dari seperempat bensin yang diproduksi di dalam negeri yang memenuhi standar Euro 5 dan Euro 6, menurut laporan Iran Intl.

Terlepas dari niat China dan Iran berkolaborasi dalam manufaktur kendaraan listrik, Iran menghadapi tantangan dalam menyediakan listrik yang cukup untuk pengisian daya kendaraan listrik di tengah krisis gas alam. Kekurangan gas di Iran dinilai akan menghambat adopsi kendaraan listrik secara luas, sehingga memerlukan langkah-langkah lain untuk mendorong energi terbarukan, yang secara substansial masih terbelakang di Iran. (*)