JAKARTA— Pasar mobil niaga di Indonesia memiliki kecenderungan naik. Meningkatnya kegiatan ekonomi serta pembangunan infrastruktur jalan menjadi pendorong utama akan meningkatnya kebutuhan alat transportasi. Di hampir seluruh pulau besar di luar Jawa— mulai dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua— pemerintah belakangan ini tengah gencar membangun jalan, baik jalan raya maupun jalan tol.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Johannes Nangoi optimistis meningkatnya kegiatan ekonomi yang hampir merata di seluruh pulau di Indonesia akan ikut mengatrol volume pasar mobil niaga. “Tahun ini saatnya kesempatan penjualan mobil niaga menemukan momentum untuk bergerak naik,” kata Nangoi.
Mobil niaga terutama punya fungsi sebagai mobil angkutan barang dan angkutan penumpang umum (bukan mobil pribadi). Di dalamnya termasuk pikap, double cabin, bus, dan truk. Dari semua jenis mobil niaga tersebut, bus dan double cabin menunjukkan tren peningkatan pasar yang paling besar di Indonesia sepanjang 2016. Double cabin membuka angka penjualan hanya 298 unit pada Januari 2016, dan menutupnya pada angka 935 unit pada penjualan Desember 2016. Demikian pula dengan penjualan bus sebesar 139 unit pada Januari 2016 melonjak menjadi 404 unit pada Desember 2016.
Di ASEAN, Thailand menempati urutan teratas untuk penjualan mobil niaga. Data pada Asean Automotive Federation (AAF) menunjukkan bahwa pada 2016 pasar mobil niaga di Indonesia sebesar 200.406 unit. Angka tersebut merupakan 18 persen dari total pasar mobil niaga ASEAN (1.063.226 unit). Di Thailand, pasar mobil niaga mencapai 440.735 unit, merupakan 41 persen dari total pasar mobil niaga ASEAN.
Di Indonesia, ada cukup banyak merek yang bermain di segmen mobil niaga besar dan kecil. Mereka antara lain Mitsubishi (Fuso), Isuzu, Hino, Nissan, Nissan Diesel (UD Trucks), Toyota, Suzuki, Daihatsu, Tata, Mercedes-Benz, MAN, Scania, Kia, Hyundai, dan FAW. (*)