REPUBLIKA— Pimpinan produsen mobil Stellantis, Carlos Tavares, menyebut kendaraan listrik buatan China bisa menjadi saingan berat bagi perusahaannya. Stellantis merupakan perusahaan manufaktur otomotif multinasional yang berkantor pusat di Amsterdam (Belanda).
Tavares menyamakan naiknya pamor kendaraan besutan perusahaan otomotif China dengan kedatangan produsen mobil Jepang di Amerika Serikat (AS) pada 1970-an. Lantas, setelah Jepang, baru diikuti oleh pesaingnya, perusahaan otomotid dari Korea Selatan yang tiba di AS tiga dekade kemudian.
Menurut Tavares, hadirnya mobil listrik dari China menjadi tantangan bagi produsen mobil yang sudah ada, termasuk Tesla. Sementara, deretan jenama mobil yang ada di bawah naungan Stellantis antara lain Dodge, Chrysler, Jeep, Ram, dan Maserati. “Kami harus bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa kami memberikan penawaran yang lebih baik kepada konsumen dibandingkan produk China,” ungkap Tavares, dikutip dari laman Fortune, Selasa 20 Februari 2024.
Salah satu masalah utama bagi para pembuat mobil saat mereka beralih ke kendaraan listrik adalah harga mobil konvensional pada umumnya masih lebih murah. Ini penting bagi pembeli mobil sehari-hari yang berusaha memenuhi kebutuhan. Namun di China, harga kendaraan listrik lebih terjangkau dibandingkan kendaraan biasa yang boros bahan bakar. Selain itu, semakin banyak kendaraan listrik China yang diekspor ke pasar di seluruh dunia dan dijual dengan harga yang sulit ditandingi.
Produsen mobil China yang paling disegani adalah BYD, yang permodalannya didukung oleh Berkshire Hathaway milik Warren Buffett. Baru-baru ini, BYD mengungguli Tesla dalam catatan jumlah penjualan kendaraan listrik secara global. “Tidak ada yang bisa menandingi BYD dalam hal harga. Ruang rapat di Amerika, Eropa, Korea, dan Jepang berada dalam kondisi terguncang,” kata CEO konsultan mobil yang berfokus di Asia, Dunne Insights, Michael Dunne.
BYD menjaga biaya tetap rendah karena mereka memiliki seluruh rantai pasokan baterai mobil listrik, mulai dari bahan mentah hingga paket baterai jadi. Baterai menyumbang sekitar 40 persen dari harga kendaraan listrik baru. Saat ini, mobil listrik China tidak membanjiri jalan-jalan di AS berkat langkah-langkah proteksionis pemerintah. Salah satunya, tarif sebesar 25 persen untuk mobil buatan China dan tarif reguler sebesar 2,5 persen untuk mobil impor.
Namun anggota parlemen AS khawatir bahwa produsen mobil China akan menggunakan pabrik di Meksiko untuk menghindari tarif tersebut. Akhirnya, mereka bisa mengambil keuntungan dari perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara. Berbeda dengan di Eropa, di mana produsen mobil setempat kurang terlindungi dari pesaing asal China. Stellantis berusaha keras agar tidak terlibat dalam perang harga yang merugikan, sebisa mungkin tidak memotong harga tanpa mempedulikan biaya yang dikeluarkan.
Sementara itu bos Tesla Elon Musk berharap kendaraan listrik produksinya dapat bersaing lebih baik dengan kendaraan listrik asal China. Musk juga mengaku cukup berhati-hati dengan BYD dan produsen mobil China lainnya yang disebutnya “sangat bagus”. (*)